Minggu, 09 Januari 2011
Mirza Ghulam Ahmad
Biografi Mirza Ghulam Ahmad
Mirza Ghulam Ahmad adalah pendiri aliran Ahmadiyah. Nama lengkapnya adalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. “Hazrat” adalah kata penghormatan kepada beliau oleh para pengikutnya. Ia dilahirkan di desa Qadian yang terletak 57 km sebelah timur kota Lahore dan 24 km kota Amristar di daerah Punjab, India pada hari Jumat saat shalat Shubuh tanggal 14 Syawal 1250 H atau 13 Februari 1835 M. Ayahnya bernama Mirza Ghulam Murtada, ibunya bernama Ciragh Bibi, dan kakaknya bernama Mirza Athaa Muhammad bin Ghulam Muhammad. Beliau lahir kembar, yakni beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak lama kemudian meninggal dunia.
Menurut riwayat, nenek moyangnya berasal dari Samarkand yang pindah ke India pada tahun 1530, yaitu sewaktu pemerintahan dinasti Mughal, mereka tinggal di Gundaspur, Punjab, India. Di sana, mereka membangun kota Qadian. Menurut suatu keterangan, keluarga Ghulam Murtada masih keturunan Haji Barlas raja dari dinasti Mughal di daerah Kesh yang jadi paman Amir Tughlak Taimun. Tatkala Amir Taimun menyerang Kesh, Haji Baras sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khurasan dan Samarkand. Oleh karena itu didepan nama keturunan keluarga ini terdapat sebutan Mirza.
Pada abad ke-10 H (16 M), salah seorang keturunan Haji Barlas bernama Mirza Haji Beg beserta 200 pengikutnya hijrah dari Khurasan ke Hindustan karna beberapa hal dan tinggal di daerah Sungai Bias dengan mendirikan sebuah kampung bernama Islampur, yang 9 km jauhnya dari sungai tersebut. Karena kecerdikannya, ia diangkat sebagai Qadhi (dalam bahasa India berarti Hakim) untuk daerah sekelilingnya. Oleh karena itu, maka daerah tempat tinggalnya diberi nama Islampur Qadhi dan lambat laun daerah tersebut hanya disebut senagai Qadhi yang kemudian menjadi Qadhian.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mempunyai nama asal yang menyatakan bahwa dirinya adalah keturunan dari Mughal. Ia juga sering mengalami berbagai penyakit, baik jiwa maupun jasmani dan lazim mengobati dirinya dengan chandu dan tonik arak anggur. Pemerintahan Inggris-India mempengaruhinya menjual iman untuk mendapat ganjaran dunia.
Ia pernah berkata dalam buku Al-Istisfa pada tahun 1378 H. Ia berkata :
“saya mendengar dari ayah saya bahwa nenek moyang saya berasal dari Mongolia. Tetapi Allah memberikan ilham kepadaku bahwa mereka itu dari Persia dan bukan dari Turki.”
Selanjutnya ia mengatakan :
”Meskipun demikian saya diberi kabar oleh Tuhan bahwa sebagian ibu-ibuku berasal dari Bani Fatimiyah.”
Kemudian pada halaman berikutnya ia mengatakan :
“saya juga mendengar dari ayah saya dan saya membaca sebagia riwayat mereka bahwa itu pertama kali bertempat tinggal di Samarkand sebelum mereka pindah ke India.”
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sejak kecil tidak pernah bersekolah di suatu pendidikan formal manapun. Ketika berumur 7 tahun, beliau dididik oleh seorang guru pribadi yang bernama Fazl Ilahi. Ia adalah seorang penduduk Qadhian dan penganut mazhab Hanafi. Ia mengajarkan Al-Quran dan beberapa dasar buku-buku pelajaran Parsi. Pada usia 10 tahun. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad belajar dengan Fazi Muhammad yang berasal dari Feroze Wala dan dari kelompok ahli hadits yang mengajarkan dasar-dasar tata bahasa Arab.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pernah menikah dua kali. Pertama pada tahun 1852 M dan memiliki dua orang anak laki-laki yang bernama Mirza Sulthan Ahmad dan Mirza Afdhal Ahmad. Pada perkawinan pertamanya ini mengalami kegagalan. Pada tahun 1891, ia menceraikan istrinya tersebut. Perkawinan keduanya pada tahun 1884 dan ia menikah di Delhi. Istri keduanya dipanggil dengan sebutan “Ummu al-Mu’minin” atau disebut juga dengan ibunda kaum Mu’min. Dari istri keduanya ini, ia mendapatkan dua orang anak bernama Mirza Basyiruddin Ahmad, pengarang buku Sirat el-Mahdi. Lalu, anak keduanya dari istri keduanya bernama Mirza Syarif Ahmad. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad memiliki perkembangan yang menarik dalam penampilannya yaitu, pada mulanya ia menganggap bahwa dirinya adalah seorang reformis atau el-Mahi yang diperintah oleh Allah Swt.
Mirza Ghulam Ahmad adalah seseorang yang mengakui dirinya sebagai nabi terakhir dalam agama Islam setelah Nabi Muhammad Saw. Ia mengaku sebagai Al-Mahdi bagi umat Islam, mengaku Al-Masih bagi umat Kristen, dan bagi umat Hindu ia mengaku sebagai Krishna.
Setelah pengakuannya sebagai nabi, semasa hidupnya ia pun banyak menulis buku kira-kira 80 judul buku. Kebanyakan dari buku-buku tersebut dalam bahasa Urdu. Tetapi, beberapa diantaranya dalam bahasa Arab dan Parsi, dan semuanya menggunakan ajaran agama Islam, Al-Quran, dan hadits Nabi Muhammad Saw. Penafsiran-penafsiran itu berdasarkan versinya sendiri. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad akhirnya wafat di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908 dan dikebumikan di Qadhian.
Sejarah Mirza Ghulam Ahmad
Pada awalnya Mirza Ghulam Ahmad diangkat oleh Inggris sebagai panitera pada Mahkamah Silakot. Selama 4 tahun, ia bertahan pada jabatan itu hingga akhirnya ia meninggalkan jabatannya dan mulai mempelajari buku-buku agama dan tasawuf. Setelah itu, Ia aktif berdakwah dengan mengadakan pembaharuan pemahaman keagamaan di kalangan masyarakat luas. Sudah tentu, keyakinan dan ajaran Islam yang didakwahkannya tidak jauh berbeda dengan apa yang dikenal dan diketahui oleh umat Muslim pada umumnya. Dalam hubungan ini, al-Maududi menjelaskan, bahwa Mirza pada tahun 1880, pernah menyatakan dirinya sebagai Wali Allah yang paling utama bagi umat pada saat itu, sehingga mengundang reaksi yang cukup keras, kemudian ia kembali meredam kemarahan mereka. Ia berusaha menakwilkan pernyataannya itu, agar mereka dapat menerima penjelasannya akan kebenaran apa yang diyakininya itu.
Timbulnya reaksi keras tersebut amatlah mungkin, karena pernyataannya yang dipandang aneh oleh masyarakat yaitu, bahwa untuk membangun suatu ummat yang telah mengalami kemunduran sebagaimana yang ia hadapi waktu itu masih diperlukan wahyu Tuhan (yang baru). Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa wahyu itu tidak terbatas dimasa lampau saja, tetapi Tuhan tetap berfirman kepada siapa saja yang dipilih-Nya sampai hari ini. Selain itu, disaat yang sama, ia pun menyatakan bahwa dirinya adalah Mujaddid atau renovator abad ke-14 H, karena ia merasa telah ditunjuk oleh Tuhan untuk mempertahankan Islam. Di tahun itu pula pernyataan-pernyataannya yang mengejutkan itu dikumpulkannya sendiri menjadi sebuah buku dan baru diterbitkan di tahun 1884 yang dikenal dengan Barahin Ahmadiyah. Dalam buku ini dibicarakan pula tentang kebenaran Islam yang lebih bersifat apologis terutama berupa tangkisan-tangkisan Mirza Ghulam Ahmad terhadap serangan-serangan kaum Arya Samaj, Brahmo Samaj, dan kaum misionaris.
Dalam merealisasikan ide pembaharuannya, Mirza di awal Desember 1888, dengan cara terang-terangan menyatakan dirinya telah mendapat perintah dari Tuhan untuk menerima bai'at dari jamaatnya. Dengan cara ini, rupanya ia ingin menghimpun suatu kekuatan yang dapat menopang misi dan cita-cita kemahdiannya guna menyerukan Islam ke seantero dunia. Menurut keyakinannya, mempertahankan dan mempropagandakan Islam tidak akan berhasil tanpa suatu organisasi yang kuat. Untuk maksud yang terakhir ini, ia memerlukan bai'at atau janji setia dari para pengikutnya. Sesudah diadakan pembai'atan, ia mengorganisasikan mereka menjadi suatu aliran baru dalam Islam dengan nama Jemaat Ahmadiyah.
Pada tahun 1886, atas petunjuk dari Allah Swt, ia berkhalwat selama 40 hari di kota Hosiaspur. Dalam tahun itu juga, ia mendakwakan diri sebagai mujaddid yaitu pada tanggal 23 Maret 1889 sesuai dengan bulan Rajab 1306 M. Pada saat itulah untuk pertama kalinya ia mendapat bai’at yang berlangsung di kota Ludhiana.
Pada tahun 1890, ia menyatakan bahwa Tuhan telah mengatakan padanya bahwa Nabi Isa telah wafat, sama dengan nabi-nabi lainnya. Kepercayaan bahwa Nabi Isa masih hidup di langit dan akan turun sendiri pada akhir zaman menurutnya adalah salah dan tidak punya dasar dalam Al-Quran dan hadits yang sahih. Pada tahun 1891, ia menyatakan bahwa al-Masih itu telah mati dan al-Masih yang dijanjikan akan turun di akhir zaman. Namun, bukan al-Masih Israil yang ditugaskan pada Bani Israil, melainkan al-Masih Muhammadillah, Imam Mahdi yang akan meneruskan misi Rasulullah Saw yang tidak lain adalah Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Pada tahun 1901, ia mengakui bahwa dirinya adalah nabi dan rasul.
Islam telah berkuasa di India sebelum masa ini sampai tahun 1857. Namun, Inggris dapat mengambil kekuasaan Islam dengan kekerasan dan dengan senjata dari pejuang Islam yang terakhir yaitu Bahador Syah Zafar (1775-1862)yang merupakan seorang penyair, alim, dan ahli kaligrafi yang meninggal di Rangoon. Inggris ingin menghancurkan Islam yang sangat kuat bertahan di India pada saat itu. Mereka tidak ingin mengembalikan India ke tangan Islam Pengakuan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang menyatakan dirinya sebagai nabi terakhir dari umat Islam telah diketahui oleh Inggris.
Keadaan yang demikian ini dimanfaatkan oleh Inggris untuk dapat mencapai apa yang diinginkan Inggris. Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya ingin mendapat perlindungan secara politis, sehingga ia bebas menyebarkan ide kemahdiannya dan dapat mempertahankan aliran yang didirikannya. Disamping itu, pendiri Ahmadiyah juga ingin melestarikan tradisi keluarganya yang telah lama menjalin hubungan mereka dengan pemerintah Inggris, sebagaimana pernyataan Mirza Ghulam Ahmad sendiri dalam bukunya yang berjudul “Tabligh Risalah” jilid VII halaman 10, yang berbunyi :
"Sungguh sejak masa mudaku sampai hari ini, aku dalam usia 60 tahun, aku menjadi orang yang gigih berjuang dengan lisan dan penaku supaya aku dapat memalingkan keikhlasan hati kaum Muslimin kepada pemerintah Inggris karena kebaikannya, dan bersikap lunak kepadanya. Dan aku mengajak mereka, agar mereka menghilangkan pikiran untuk berjihad (terhadap Inggris), dimana pikiran seperti itu masih diikuti oleh sebagian mereka yang bodoh-bodoh, dan pikiran semacam itulah yang mencegah mereka tidak mau patuh kepada pemerintah Inggris."
Dengan kata lain bahwa Mirza Ghulam Ahmad pro pada pemerintahan Inggris. Ini pulalah yang menyebabkan sekte yang dipimpinnya mampu bertahan. Dalam salah satu bukunya ia pernah berkata bahwa ia telah dilahirkan di bawah panji Inggris; jauh dari kaum muslimin. Ia berpendapat jauhnya dari kaum muslimin itu merupakan salah satu nikmat atau karunia yang harus disyukuri (Pada salah satu harian di Indonesia, hari Sabtu 8 Muharram 1351 H, disiarkan dari Berlin, tulisan seseorang bernama Dr. Zaki Kiram yang mengatakan bahwa ia dan Amir Syakib Arsalan (1869-1946) mengunjungi imam masjid yang didirikan oleh golongan Qadhian (Ahmadiyah) di Berlin dan imam itu yang memperlihatkan kepada mereka satu buku karangan Mirza Ghulam Ahmad).
Ini semua juga disebabkan karena kakek dari Mirza Ghulam Ahmad yang bernama Mirza Ghul Muhammad adalah seorang feodalis besar dari provinsi Punjab. Maka kakek dari Mirza Ghulam Ahmad berlindung pada Inggris sebagai penjajah yang berkuasa semenjak Inggris mulai menjajah dan menginjakkan kakinya ke India. Inilah yang menimbulkan hubungan baik antara keluarga ini dengan pihak penjajah hingga mereka menjadi kaki tangannya. Oleh pemerintah Inggris, masing-masing dari anggota keluarga Ghulam ini diberi perlindungan.
Pada waktu revolusi 1857, di India bergolak. Ghulam membantu Inggris dengan menghancurkan gerakan bangsanya hingga Inggris mengirim surat penghargaan dan balas jasa kepadanya. Inilah yang menyebabkan Mirza Ghulam Ahmad mampu mempertahankan sektenya karena didukung oleh pemerintahan Inggris. Tujuan utama dari sekte ini adalah mengajak orang-orang Islam dan yang lainnya untuk membenarkan pengakuan Mirza Ghulam Ahmad bahwa dialah al-Masih yang dijanjikan oleh Tuhan dan dialah al-Mahdi di mana kedatangan keduanya telah dinanti.
Daftar Pustaka:
* Ali, Maulana Muhammad. Mirza Ghulam Ahmad of Qadian, His Life and Mission. Lahore : Ahmadiyah Anjuman Isha'at Islam. 1959.
* Fachruddin, Fuad Mohd. Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam. Jakarta : CV. Yasaguna. 1990.
* Fathoni, Muslih. Faham Mahdi Syi’ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 1994.
* Hakim, Masykur. Kenapa Ahmadiyah Dihujat?. Jakarta : SDM Bina Utama Publisher. 2005.
Wallahualam Bishawaf
Created by:
tri-ronasangsenja.blogspot.com
Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Oalah, rupanya Ghulam Ahmad ini tak lebih dari seorang pengkhianat bangsanya sendiri.
hazrat mirza ghulam ahmad bukan nabi seperti nabi muhammad tetapi ia mendapat gelar kenabian kecintaannya yang kepada allah swt(fannaa fillah) dan nabi muhammad saw (fanna firasul saw) beliau merupakan pecinta sejati rasulullah saw dan kenabian beliau bersifat tidak berdiri sendiri dan beliau adalah manifestasi dari isa almasih yang dijanjikan dan ahmadiyah didirikan bukan karena keinginan hazrat mirza ghulam ahmad tapi karena perintah dari ALLAH SWT nama ahmadiyah diambil dari nama lain (sebutan/gelar)nabi muhammad saw yaitu ahmad yangarinya indah lemah lembut dan terpuji supaya agar para pengikutnya memiliki akhlaq seperti nabi muhammad saw dan kami warga jemaat ahmadiyah di haruskan menjadi pecinta sejati rasulullah saw dan menjadi mukmin yang hakiki di mata ALLAH SWT dan tentang beliau dengan inggris menurut saya tidak benar kaerna ahmdiyah berkembang karena ALLAH SWT tanpa bantuan dari siapapun
untuk info lebih lanjut mengenai jemaat ahmadiya ini emailku adnan.irsal123@gmail.com atau adnan.irsal123@yahoo.com terima kasih
Posting Komentar