Jumat, 21 Januari 2011
Turkish's Zone (Part I : Mengenal Bahasa Turki)
Republik Turki merupakan satu dari banyak negara yang termasuk dalam kawasan Jazirah Arab. Dalam beberapa hal, negara Turki saat ini memiliki perbedaan dengan negara-negara Arab pada umumnya, diantaranya yaitu bahasa dan tulisan resmi yang dipergunakan di negara tersebut.
Rabu, 19 Januari 2011
Kupu-Kupu Kehidupan
Suatu kehidupan pastilah butuh perubahan.
Tidak akan bermakna sebuah kehidupan tanpa adanya perubahan. Perubahan dari sebuah keburukan menjadi kebaikan, perubahan dari sebuah ketidaktahuan menjadi kepahaman. Alangkah indah kehidupan ini jika selalu bersungguh-sungguh dalam memaknai segala yang telah diberikan dan diputuskan oleh-Nya.
Bagai ulat di pagi hari, nampak begitu jelas penggambaran seekor ulat di benakku. Tubuhnya berbentuk kecil memanjang, tak jarang di kulit mereka tersusun rapi rangkaian-rangkain duri halus penyebab rasa gatal jika menyentuhnya, serta corak yang sebagian dari mereka membuat jiwa siapapun enggan mendekatinya, bahkan bagi sepasang mata ini yang akan langsung menolak untuk sekedar melihatnya.
Ya, itulah seekor ulat. Ulat yang nampak begitu buruk di mata manusia, yang lama jika berjalan, yang lama jika menyantap dedaunan, dan yang jika penampilannya dilihat sangatlah menjijikan.
Ketika siang di suatu waktu, ulat pun berubah menjadi kepompong. Sebuah fase unik yang mau tidak mau harus dilakukan dan dilalui ulat tersebut. Kepompong yang selalu menyendiri di tengah keramaian dunia, kepompong yang tidak lagi berjalan dan tidak pula menyantap dedaunan. Hanya meringkuk dan berdiam diri di sebuah ruangan kecil yang menggantung di sudut sebuah ranting tanpa berinteraksi dengan makhluk lain atau bahkan dengan sesamanya. Hanya diam-lah teman sejatinya dalam waktu yang cukup lama.
Betapa malangnya nasibmu wahai kepompong. Andaikan mungkin, aku akan bersedia menemanimu di dalam ruangan kecil itu. Namun itulah kehidupan, akan berbeda bagi setiap makhluk yang merasakan.
Sore pun datang menghampiri waktu, dan perubahan itu telah memperlihatkan wujudnya. Kepompong berusaha sebaik dan semaksimal mungkin membuat celah dan membuka diri dari kesunyian yang selama ini menyelimuti. Sedikit demi sedikit, dengan penuh kesungguhan, ia pun mengintip indahnya dunia.
Seiring meronanya sang senja di ufuk dunia, setelah sekian lamanya berharap dan menanti, seekor ulat yang pada mulanya nampak sangat buruk rupa itu pun akhirnya berhasil melakukan sebuah perubahan dalam hidupnya.
Perubahan yang indah dan sempurna sebagai makhluk ciptaan-Nya. Perubahan yang mampu membuatnya menjadi lebih baik, perubahan yang sanggup membuatnya lebih menghargai dan memahami makna sebuah kehidupan.
Perubahan itu dilakukannya tidak dalam sekejap mata.
Dengan kesabaran hati yang mengiringi hidupnya,
Serta keridhaan-Nya yang selalu menyertai di setiap langkah.
Kupu-kupu kehidupan, menghidupi semangat kehidupan.
Wallahualam Bishawaf
Created by:
tri-ronasangsenja.blogspot.com
Rabu, 19 Januari 2011
Tidak akan bermakna sebuah kehidupan tanpa adanya perubahan. Perubahan dari sebuah keburukan menjadi kebaikan, perubahan dari sebuah ketidaktahuan menjadi kepahaman. Alangkah indah kehidupan ini jika selalu bersungguh-sungguh dalam memaknai segala yang telah diberikan dan diputuskan oleh-Nya.
Bagai ulat di pagi hari, nampak begitu jelas penggambaran seekor ulat di benakku. Tubuhnya berbentuk kecil memanjang, tak jarang di kulit mereka tersusun rapi rangkaian-rangkain duri halus penyebab rasa gatal jika menyentuhnya, serta corak yang sebagian dari mereka membuat jiwa siapapun enggan mendekatinya, bahkan bagi sepasang mata ini yang akan langsung menolak untuk sekedar melihatnya.
Ya, itulah seekor ulat. Ulat yang nampak begitu buruk di mata manusia, yang lama jika berjalan, yang lama jika menyantap dedaunan, dan yang jika penampilannya dilihat sangatlah menjijikan.
Ketika siang di suatu waktu, ulat pun berubah menjadi kepompong. Sebuah fase unik yang mau tidak mau harus dilakukan dan dilalui ulat tersebut. Kepompong yang selalu menyendiri di tengah keramaian dunia, kepompong yang tidak lagi berjalan dan tidak pula menyantap dedaunan. Hanya meringkuk dan berdiam diri di sebuah ruangan kecil yang menggantung di sudut sebuah ranting tanpa berinteraksi dengan makhluk lain atau bahkan dengan sesamanya. Hanya diam-lah teman sejatinya dalam waktu yang cukup lama.
Betapa malangnya nasibmu wahai kepompong. Andaikan mungkin, aku akan bersedia menemanimu di dalam ruangan kecil itu. Namun itulah kehidupan, akan berbeda bagi setiap makhluk yang merasakan.
Sore pun datang menghampiri waktu, dan perubahan itu telah memperlihatkan wujudnya. Kepompong berusaha sebaik dan semaksimal mungkin membuat celah dan membuka diri dari kesunyian yang selama ini menyelimuti. Sedikit demi sedikit, dengan penuh kesungguhan, ia pun mengintip indahnya dunia.
Seiring meronanya sang senja di ufuk dunia, setelah sekian lamanya berharap dan menanti, seekor ulat yang pada mulanya nampak sangat buruk rupa itu pun akhirnya berhasil melakukan sebuah perubahan dalam hidupnya.
Perubahan yang indah dan sempurna sebagai makhluk ciptaan-Nya. Perubahan yang mampu membuatnya menjadi lebih baik, perubahan yang sanggup membuatnya lebih menghargai dan memahami makna sebuah kehidupan.
Perubahan itu dilakukannya tidak dalam sekejap mata.
Dengan kesabaran hati yang mengiringi hidupnya,
Serta keridhaan-Nya yang selalu menyertai di setiap langkah.
Kupu-kupu kehidupan, menghidupi semangat kehidupan.
Wallahualam Bishawaf
Created by:
tri-ronasangsenja.blogspot.com
Rabu, 19 Januari 2011
Minggu, 09 Januari 2011
Mirza Ghulam Ahmad
Biografi Mirza Ghulam Ahmad
Mirza Ghulam Ahmad adalah pendiri aliran Ahmadiyah. Nama lengkapnya adalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. “Hazrat” adalah kata penghormatan kepada beliau oleh para pengikutnya. Ia dilahirkan di desa Qadian yang terletak 57 km sebelah timur kota Lahore dan 24 km kota Amristar di daerah Punjab, India pada hari Jumat saat shalat Shubuh tanggal 14 Syawal 1250 H atau 13 Februari 1835 M. Ayahnya bernama Mirza Ghulam Murtada, ibunya bernama Ciragh Bibi, dan kakaknya bernama Mirza Athaa Muhammad bin Ghulam Muhammad. Beliau lahir kembar, yakni beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak lama kemudian meninggal dunia.
Menurut riwayat, nenek moyangnya berasal dari Samarkand yang pindah ke India pada tahun 1530, yaitu sewaktu pemerintahan dinasti Mughal, mereka tinggal di Gundaspur, Punjab, India. Di sana, mereka membangun kota Qadian. Menurut suatu keterangan, keluarga Ghulam Murtada masih keturunan Haji Barlas raja dari dinasti Mughal di daerah Kesh yang jadi paman Amir Tughlak Taimun. Tatkala Amir Taimun menyerang Kesh, Haji Baras sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khurasan dan Samarkand. Oleh karena itu didepan nama keturunan keluarga ini terdapat sebutan Mirza.
Pada abad ke-10 H (16 M), salah seorang keturunan Haji Barlas bernama Mirza Haji Beg beserta 200 pengikutnya hijrah dari Khurasan ke Hindustan karna beberapa hal dan tinggal di daerah Sungai Bias dengan mendirikan sebuah kampung bernama Islampur, yang 9 km jauhnya dari sungai tersebut. Karena kecerdikannya, ia diangkat sebagai Qadhi (dalam bahasa India berarti Hakim) untuk daerah sekelilingnya. Oleh karena itu, maka daerah tempat tinggalnya diberi nama Islampur Qadhi dan lambat laun daerah tersebut hanya disebut senagai Qadhi yang kemudian menjadi Qadhian.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mempunyai nama asal yang menyatakan bahwa dirinya adalah keturunan dari Mughal. Ia juga sering mengalami berbagai penyakit, baik jiwa maupun jasmani dan lazim mengobati dirinya dengan chandu dan tonik arak anggur. Pemerintahan Inggris-India mempengaruhinya menjual iman untuk mendapat ganjaran dunia.
Ia pernah berkata dalam buku Al-Istisfa pada tahun 1378 H. Ia berkata :
“saya mendengar dari ayah saya bahwa nenek moyang saya berasal dari Mongolia. Tetapi Allah memberikan ilham kepadaku bahwa mereka itu dari Persia dan bukan dari Turki.”
Selanjutnya ia mengatakan :
”Meskipun demikian saya diberi kabar oleh Tuhan bahwa sebagian ibu-ibuku berasal dari Bani Fatimiyah.”
Kemudian pada halaman berikutnya ia mengatakan :
“saya juga mendengar dari ayah saya dan saya membaca sebagia riwayat mereka bahwa itu pertama kali bertempat tinggal di Samarkand sebelum mereka pindah ke India.”
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sejak kecil tidak pernah bersekolah di suatu pendidikan formal manapun. Ketika berumur 7 tahun, beliau dididik oleh seorang guru pribadi yang bernama Fazl Ilahi. Ia adalah seorang penduduk Qadhian dan penganut mazhab Hanafi. Ia mengajarkan Al-Quran dan beberapa dasar buku-buku pelajaran Parsi. Pada usia 10 tahun. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad belajar dengan Fazi Muhammad yang berasal dari Feroze Wala dan dari kelompok ahli hadits yang mengajarkan dasar-dasar tata bahasa Arab.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pernah menikah dua kali. Pertama pada tahun 1852 M dan memiliki dua orang anak laki-laki yang bernama Mirza Sulthan Ahmad dan Mirza Afdhal Ahmad. Pada perkawinan pertamanya ini mengalami kegagalan. Pada tahun 1891, ia menceraikan istrinya tersebut. Perkawinan keduanya pada tahun 1884 dan ia menikah di Delhi. Istri keduanya dipanggil dengan sebutan “Ummu al-Mu’minin” atau disebut juga dengan ibunda kaum Mu’min. Dari istri keduanya ini, ia mendapatkan dua orang anak bernama Mirza Basyiruddin Ahmad, pengarang buku Sirat el-Mahdi. Lalu, anak keduanya dari istri keduanya bernama Mirza Syarif Ahmad. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad memiliki perkembangan yang menarik dalam penampilannya yaitu, pada mulanya ia menganggap bahwa dirinya adalah seorang reformis atau el-Mahi yang diperintah oleh Allah Swt.
Mirza Ghulam Ahmad adalah seseorang yang mengakui dirinya sebagai nabi terakhir dalam agama Islam setelah Nabi Muhammad Saw. Ia mengaku sebagai Al-Mahdi bagi umat Islam, mengaku Al-Masih bagi umat Kristen, dan bagi umat Hindu ia mengaku sebagai Krishna.
Setelah pengakuannya sebagai nabi, semasa hidupnya ia pun banyak menulis buku kira-kira 80 judul buku. Kebanyakan dari buku-buku tersebut dalam bahasa Urdu. Tetapi, beberapa diantaranya dalam bahasa Arab dan Parsi, dan semuanya menggunakan ajaran agama Islam, Al-Quran, dan hadits Nabi Muhammad Saw. Penafsiran-penafsiran itu berdasarkan versinya sendiri. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad akhirnya wafat di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908 dan dikebumikan di Qadhian.
Sejarah Mirza Ghulam Ahmad
Pada awalnya Mirza Ghulam Ahmad diangkat oleh Inggris sebagai panitera pada Mahkamah Silakot. Selama 4 tahun, ia bertahan pada jabatan itu hingga akhirnya ia meninggalkan jabatannya dan mulai mempelajari buku-buku agama dan tasawuf. Setelah itu, Ia aktif berdakwah dengan mengadakan pembaharuan pemahaman keagamaan di kalangan masyarakat luas. Sudah tentu, keyakinan dan ajaran Islam yang didakwahkannya tidak jauh berbeda dengan apa yang dikenal dan diketahui oleh umat Muslim pada umumnya. Dalam hubungan ini, al-Maududi menjelaskan, bahwa Mirza pada tahun 1880, pernah menyatakan dirinya sebagai Wali Allah yang paling utama bagi umat pada saat itu, sehingga mengundang reaksi yang cukup keras, kemudian ia kembali meredam kemarahan mereka. Ia berusaha menakwilkan pernyataannya itu, agar mereka dapat menerima penjelasannya akan kebenaran apa yang diyakininya itu.
Timbulnya reaksi keras tersebut amatlah mungkin, karena pernyataannya yang dipandang aneh oleh masyarakat yaitu, bahwa untuk membangun suatu ummat yang telah mengalami kemunduran sebagaimana yang ia hadapi waktu itu masih diperlukan wahyu Tuhan (yang baru). Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa wahyu itu tidak terbatas dimasa lampau saja, tetapi Tuhan tetap berfirman kepada siapa saja yang dipilih-Nya sampai hari ini. Selain itu, disaat yang sama, ia pun menyatakan bahwa dirinya adalah Mujaddid atau renovator abad ke-14 H, karena ia merasa telah ditunjuk oleh Tuhan untuk mempertahankan Islam. Di tahun itu pula pernyataan-pernyataannya yang mengejutkan itu dikumpulkannya sendiri menjadi sebuah buku dan baru diterbitkan di tahun 1884 yang dikenal dengan Barahin Ahmadiyah. Dalam buku ini dibicarakan pula tentang kebenaran Islam yang lebih bersifat apologis terutama berupa tangkisan-tangkisan Mirza Ghulam Ahmad terhadap serangan-serangan kaum Arya Samaj, Brahmo Samaj, dan kaum misionaris.
Dalam merealisasikan ide pembaharuannya, Mirza di awal Desember 1888, dengan cara terang-terangan menyatakan dirinya telah mendapat perintah dari Tuhan untuk menerima bai'at dari jamaatnya. Dengan cara ini, rupanya ia ingin menghimpun suatu kekuatan yang dapat menopang misi dan cita-cita kemahdiannya guna menyerukan Islam ke seantero dunia. Menurut keyakinannya, mempertahankan dan mempropagandakan Islam tidak akan berhasil tanpa suatu organisasi yang kuat. Untuk maksud yang terakhir ini, ia memerlukan bai'at atau janji setia dari para pengikutnya. Sesudah diadakan pembai'atan, ia mengorganisasikan mereka menjadi suatu aliran baru dalam Islam dengan nama Jemaat Ahmadiyah.
Pada tahun 1886, atas petunjuk dari Allah Swt, ia berkhalwat selama 40 hari di kota Hosiaspur. Dalam tahun itu juga, ia mendakwakan diri sebagai mujaddid yaitu pada tanggal 23 Maret 1889 sesuai dengan bulan Rajab 1306 M. Pada saat itulah untuk pertama kalinya ia mendapat bai’at yang berlangsung di kota Ludhiana.
Pada tahun 1890, ia menyatakan bahwa Tuhan telah mengatakan padanya bahwa Nabi Isa telah wafat, sama dengan nabi-nabi lainnya. Kepercayaan bahwa Nabi Isa masih hidup di langit dan akan turun sendiri pada akhir zaman menurutnya adalah salah dan tidak punya dasar dalam Al-Quran dan hadits yang sahih. Pada tahun 1891, ia menyatakan bahwa al-Masih itu telah mati dan al-Masih yang dijanjikan akan turun di akhir zaman. Namun, bukan al-Masih Israil yang ditugaskan pada Bani Israil, melainkan al-Masih Muhammadillah, Imam Mahdi yang akan meneruskan misi Rasulullah Saw yang tidak lain adalah Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Pada tahun 1901, ia mengakui bahwa dirinya adalah nabi dan rasul.
Islam telah berkuasa di India sebelum masa ini sampai tahun 1857. Namun, Inggris dapat mengambil kekuasaan Islam dengan kekerasan dan dengan senjata dari pejuang Islam yang terakhir yaitu Bahador Syah Zafar (1775-1862)yang merupakan seorang penyair, alim, dan ahli kaligrafi yang meninggal di Rangoon. Inggris ingin menghancurkan Islam yang sangat kuat bertahan di India pada saat itu. Mereka tidak ingin mengembalikan India ke tangan Islam Pengakuan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang menyatakan dirinya sebagai nabi terakhir dari umat Islam telah diketahui oleh Inggris.
Keadaan yang demikian ini dimanfaatkan oleh Inggris untuk dapat mencapai apa yang diinginkan Inggris. Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya ingin mendapat perlindungan secara politis, sehingga ia bebas menyebarkan ide kemahdiannya dan dapat mempertahankan aliran yang didirikannya. Disamping itu, pendiri Ahmadiyah juga ingin melestarikan tradisi keluarganya yang telah lama menjalin hubungan mereka dengan pemerintah Inggris, sebagaimana pernyataan Mirza Ghulam Ahmad sendiri dalam bukunya yang berjudul “Tabligh Risalah” jilid VII halaman 10, yang berbunyi :
"Sungguh sejak masa mudaku sampai hari ini, aku dalam usia 60 tahun, aku menjadi orang yang gigih berjuang dengan lisan dan penaku supaya aku dapat memalingkan keikhlasan hati kaum Muslimin kepada pemerintah Inggris karena kebaikannya, dan bersikap lunak kepadanya. Dan aku mengajak mereka, agar mereka menghilangkan pikiran untuk berjihad (terhadap Inggris), dimana pikiran seperti itu masih diikuti oleh sebagian mereka yang bodoh-bodoh, dan pikiran semacam itulah yang mencegah mereka tidak mau patuh kepada pemerintah Inggris."
Dengan kata lain bahwa Mirza Ghulam Ahmad pro pada pemerintahan Inggris. Ini pulalah yang menyebabkan sekte yang dipimpinnya mampu bertahan. Dalam salah satu bukunya ia pernah berkata bahwa ia telah dilahirkan di bawah panji Inggris; jauh dari kaum muslimin. Ia berpendapat jauhnya dari kaum muslimin itu merupakan salah satu nikmat atau karunia yang harus disyukuri (Pada salah satu harian di Indonesia, hari Sabtu 8 Muharram 1351 H, disiarkan dari Berlin, tulisan seseorang bernama Dr. Zaki Kiram yang mengatakan bahwa ia dan Amir Syakib Arsalan (1869-1946) mengunjungi imam masjid yang didirikan oleh golongan Qadhian (Ahmadiyah) di Berlin dan imam itu yang memperlihatkan kepada mereka satu buku karangan Mirza Ghulam Ahmad).
Ini semua juga disebabkan karena kakek dari Mirza Ghulam Ahmad yang bernama Mirza Ghul Muhammad adalah seorang feodalis besar dari provinsi Punjab. Maka kakek dari Mirza Ghulam Ahmad berlindung pada Inggris sebagai penjajah yang berkuasa semenjak Inggris mulai menjajah dan menginjakkan kakinya ke India. Inilah yang menimbulkan hubungan baik antara keluarga ini dengan pihak penjajah hingga mereka menjadi kaki tangannya. Oleh pemerintah Inggris, masing-masing dari anggota keluarga Ghulam ini diberi perlindungan.
Pada waktu revolusi 1857, di India bergolak. Ghulam membantu Inggris dengan menghancurkan gerakan bangsanya hingga Inggris mengirim surat penghargaan dan balas jasa kepadanya. Inilah yang menyebabkan Mirza Ghulam Ahmad mampu mempertahankan sektenya karena didukung oleh pemerintahan Inggris. Tujuan utama dari sekte ini adalah mengajak orang-orang Islam dan yang lainnya untuk membenarkan pengakuan Mirza Ghulam Ahmad bahwa dialah al-Masih yang dijanjikan oleh Tuhan dan dialah al-Mahdi di mana kedatangan keduanya telah dinanti.
Daftar Pustaka:
* Ali, Maulana Muhammad. Mirza Ghulam Ahmad of Qadian, His Life and Mission. Lahore : Ahmadiyah Anjuman Isha'at Islam. 1959.
* Fachruddin, Fuad Mohd. Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam. Jakarta : CV. Yasaguna. 1990.
* Fathoni, Muslih. Faham Mahdi Syi’ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 1994.
* Hakim, Masykur. Kenapa Ahmadiyah Dihujat?. Jakarta : SDM Bina Utama Publisher. 2005.
Wallahualam Bishawaf
Created by:
tri-ronasangsenja.blogspot.com
Desember 2008
Sabtu, 08 Januari 2011
Asal Mula Bangsa Semit
Bangsa Semit merupakan suatu bangsa asli suku Arab yang selalu berpindah-pindah tempat (nomaden) untuk mencari kehidupan yeng lebih baik dari tempat sebelumnya, yang biasa disebut dengan Suku Badui.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari kebenaran tentang kawasan asal bangsa Semit. Peran peneliti dalam hal ini sangatlah penting untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat dunia.
Berikut ini adalah teori-teori kawasan asal Bangsa Semit yang dikemukakan oleh beberapa peneliti, yaitu :
1. Teori Afrika
Teori Afrika ini dikemukakan oleh Theodor Noldeke. Ia mengatakan bahwa “ Keserumpunan Bangsa Semit dan Bangsa Hemit menunjukkan bahwa kawasan asal Bangsa Semit adalah Afrika ”. Bangsa Hemit adalah penduduk asli Afrika.
Theodor Noldeke mendasarkan teorinya ini pada kesamaan bentuk fisik antara Bangsa Semit dan Bangsa Hemit. Kesamaan bentuk fisik dari kedua bangsa tersebut yaitu mereka sama-sama memiliki ukuran tulang betis yang kecil dan keduanya memiliki bentuk rambut yang keriting.
Akan tetapi, Theodor Noldeke menegaskan bahwa teori yang dikemukakan oleh dirinya ini hanya hipotesa dan masih dapat diperdebatkan oleh ilmuwan lain. Akhirnya teori ini mendapatkan kritikan dari ilmuwan lain, karena apabila Bangsa Semit berasal dari Afrika, maka seharusnya Bahasa Semit telah menyebar di sana. Berbeda dengan hal itu, bahwa faktanya adalah Bahasa Semit tidak tersebar di seluruh Afrika, melainkan hanya tersebar di sebagian kecil Afrika yaitu Ethiopia dan Tunisia.
2. Teori Armenia
Teori Armenia ini dikemukakan oleh seorang peneliti dari Perancis bernama Renan. Ia mengatakan bahwa “ Bangsa Semit berasal dari berbagai kawasan di Armenia ”.
Renan mendasarkan teorinya ini pada Kitab Perjanjian Lama, yaitu :
a. Pasal tentang Penciptaan Alam Semesta dalam Perjanjian Lama, yang pada salah satu referensi terdapat pada ayat 10 butir 22 – 24 (10 / 22 - 24). Namun setelah diteliti lebih dalam lagi, ternyata bukan pada ayat tersebut, tetapi terdapat pada ayat 10 butir 30 (10 / 30). Pasal-pasal tersebut berbunyi :
- Ayat 10 butir 22 - 24 (10 / 22 - 24) berbunyi : “ Keturunan Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud, dan Aram. Keturunan Aram ialah Us, Hul, Geter, dan Mas. Arpakhsad memperanakan Selah, dan Selah memperanakan Eber “.
- Ayat 10 butir 30 (10 / 30) berbunyi : “ Daerah kediaman mereka terbentang dari Mesa ke arah Sefar, yaitu Pegunungan di sebelah timur (Pegunungan Ararat di Armenia) ”.
b. Pasal tentang Penciptaan Alam Semesta dalam Perjanjian Lama ayat 8 butir 4 (8 / 4), yang berbunyi : “ Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat (dalam peta modern berada di wilayah timur, dekat Armenia dan perbatasan Iran) ”.
Akan tetapi, pada teori Armenia ini terdapat kesalahan, yaitu berarti perbatasan Armenia dan Iran merupakan tempat kelahiran tidak hanya umat Islam, tetapi juga seluruh umat manusia. Hal ini menunjukkan bahwa pasal-pasal sebelumnya sangat bertentangan dengan pasal tentang Penciptaan Alam Semesta dalam Kitab Perjanjian Lama ayat 11 butir 2 (11 / 2) yang berbunyi : “ Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di Tanah Sinear (Bukit Sinai), lalu menetaplah mereka di sana (Babilonia) ”.
Ayat-ayat tersebut membuktikan bahwa pasal-pasal yang terdapat di dalam Kitab Perjanjian Lama hanyalah berdasarkan pada cerita-cerita rakyat setempat yang diucapkan secara turun temurun dari nenek moyang mereka yang bersifat subjektif.
Ararat Mountain, between Armenia and Turkey
3. Teori Babilonia
Teori Babilonia ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yang bernama Ignatius Guidi dan Frets Hummel. Mereka mengatakan dalam tulisannya yang diterbitkan di Roma pada tahun 1879 bahwa : “ Kawasan asal Bangsa Semit adalah hilir Sungai Eufrat yaitu Lembah Daratan Irak (Babilonia) ”.
Dalam tulisannya, mereka mendasarkan teori Babilonia ini dengan ditemukannya kesamaan sebagian besar nama-nama dan istilah di Babilonia lebih dekat dengan Bahasa Akkadia.
Selain itu, mereka juga melihat kesamaan beberapa kosa kata Bahasa Semit Kuno di kawasan tersebut, seperti : Dalam seluruh Bahasa Semit kata نهر (sungai) adalah نهر . Akan tetapi, teori ini tidak dapat diterima begitu saja oleh para peneliti lain, karena masih banyak kosa kata yang berbeda, seperti : Dalam Bahasa Arab kata ﺠﺒﻞ (gunung), dalam Bahasa Ibrani ﻫﺮ, dalam Bahasa Aramea ﻄﻮرﺍ , dan dalam Bahasa Akkadia شد . Sedangkan semua bahasa-bahasa tersebut adalah rumpun dari Bahasa Semit.
4. Teori Arab
Teori Arab ini dikemukakan oleh Esbiringer, dkk. Mereka mengatakan bahwa “ Jazirah Arab merupakan kawasan asal Bangsa Semit ”.
Esbiringer, dkk mengatakan hal demikian karena mereka memiliki beberapa argumen yang mendukung teorinya tersebut, diantaranya :
* Sejarah telah menyebutkan bahwa kawasan subur di antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat selalu didatangi Suku Badui dari padang pasir yang melakukan imigrasi.
* Sejarah telah menyebutkan bahwa Bangsa Akkadia adalah orang asing yang menaklukan penduduk asli yaitu Bangsa Sumery.
* Ditemukannya artefak dengan Bahasa Sumery yang isinya bahwa negara mereka selalu dalam keadaan bahaya karena sering didatangi penduduk-penduduk asing.
* Sejarah telah menunjukkan bahwa penduduk padang pasir selalu berambisi menguasai kawasan subur dan perkotaan yang lebih maju dari mereka.
* Orang Arab yang secara genetika belum tercampir bangsa lain, memiliki bentuk fisik yang sama.
SIMPULAN:
Pada pembahasan mengenai empat teori yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti, dapat disimpulkan bahwa teori yang diakui kebenarannya hingga saat ini adalah teori keempat, yaitu Teori Arab. Berdasarkan argumen-argumen pendukung yang dikemukakan oleh Esbiringer, dkk bahwa Jazirah Arab merupakan kawasan asal Bangsa Semit dan dari sanalah mereka berpencar ke berbagai kawasan sekitar yang lebih subur dan berperadaban, karena pada awalnya Bangsa Semit bertempat tinggal di daerah padang pasir yang bukan merupakan tempat yang baik untuk didiami, sehingga mereka melakukan imigrasi ke daerah lain. Argumen tersebut juga diperkuat dengan tidak adanya perbedaan antara situasi padang pasir pada zaman dulu dengan situasi padang pasir pada zaman sekarang.
Hal tersebut menyebabkan para peneliti lain belum ada yang dapat membantah atau memperdebatkan Teori Arab yang dikemukakan oleh Esbiringer, dkk tersebut.
Wallahualam Bishawaf
Created by:
tri-ronasangsenja.blogspot.com
Mei 2008
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari kebenaran tentang kawasan asal bangsa Semit. Peran peneliti dalam hal ini sangatlah penting untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat dunia.
Berikut ini adalah teori-teori kawasan asal Bangsa Semit yang dikemukakan oleh beberapa peneliti, yaitu :
1. Teori Afrika
Teori Afrika ini dikemukakan oleh Theodor Noldeke. Ia mengatakan bahwa “ Keserumpunan Bangsa Semit dan Bangsa Hemit menunjukkan bahwa kawasan asal Bangsa Semit adalah Afrika ”. Bangsa Hemit adalah penduduk asli Afrika.
Theodor Noldeke mendasarkan teorinya ini pada kesamaan bentuk fisik antara Bangsa Semit dan Bangsa Hemit. Kesamaan bentuk fisik dari kedua bangsa tersebut yaitu mereka sama-sama memiliki ukuran tulang betis yang kecil dan keduanya memiliki bentuk rambut yang keriting.
Akan tetapi, Theodor Noldeke menegaskan bahwa teori yang dikemukakan oleh dirinya ini hanya hipotesa dan masih dapat diperdebatkan oleh ilmuwan lain. Akhirnya teori ini mendapatkan kritikan dari ilmuwan lain, karena apabila Bangsa Semit berasal dari Afrika, maka seharusnya Bahasa Semit telah menyebar di sana. Berbeda dengan hal itu, bahwa faktanya adalah Bahasa Semit tidak tersebar di seluruh Afrika, melainkan hanya tersebar di sebagian kecil Afrika yaitu Ethiopia dan Tunisia.
2. Teori Armenia
Teori Armenia ini dikemukakan oleh seorang peneliti dari Perancis bernama Renan. Ia mengatakan bahwa “ Bangsa Semit berasal dari berbagai kawasan di Armenia ”.
Renan mendasarkan teorinya ini pada Kitab Perjanjian Lama, yaitu :
a. Pasal tentang Penciptaan Alam Semesta dalam Perjanjian Lama, yang pada salah satu referensi terdapat pada ayat 10 butir 22 – 24 (10 / 22 - 24). Namun setelah diteliti lebih dalam lagi, ternyata bukan pada ayat tersebut, tetapi terdapat pada ayat 10 butir 30 (10 / 30). Pasal-pasal tersebut berbunyi :
- Ayat 10 butir 22 - 24 (10 / 22 - 24) berbunyi : “ Keturunan Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud, dan Aram. Keturunan Aram ialah Us, Hul, Geter, dan Mas. Arpakhsad memperanakan Selah, dan Selah memperanakan Eber “.
- Ayat 10 butir 30 (10 / 30) berbunyi : “ Daerah kediaman mereka terbentang dari Mesa ke arah Sefar, yaitu Pegunungan di sebelah timur (Pegunungan Ararat di Armenia) ”.
b. Pasal tentang Penciptaan Alam Semesta dalam Perjanjian Lama ayat 8 butir 4 (8 / 4), yang berbunyi : “ Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat (dalam peta modern berada di wilayah timur, dekat Armenia dan perbatasan Iran) ”.
Akan tetapi, pada teori Armenia ini terdapat kesalahan, yaitu berarti perbatasan Armenia dan Iran merupakan tempat kelahiran tidak hanya umat Islam, tetapi juga seluruh umat manusia. Hal ini menunjukkan bahwa pasal-pasal sebelumnya sangat bertentangan dengan pasal tentang Penciptaan Alam Semesta dalam Kitab Perjanjian Lama ayat 11 butir 2 (11 / 2) yang berbunyi : “ Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di Tanah Sinear (Bukit Sinai), lalu menetaplah mereka di sana (Babilonia) ”.
Ayat-ayat tersebut membuktikan bahwa pasal-pasal yang terdapat di dalam Kitab Perjanjian Lama hanyalah berdasarkan pada cerita-cerita rakyat setempat yang diucapkan secara turun temurun dari nenek moyang mereka yang bersifat subjektif.
Ararat Mountain, between Armenia and Turkey
3. Teori Babilonia
Teori Babilonia ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yang bernama Ignatius Guidi dan Frets Hummel. Mereka mengatakan dalam tulisannya yang diterbitkan di Roma pada tahun 1879 bahwa : “ Kawasan asal Bangsa Semit adalah hilir Sungai Eufrat yaitu Lembah Daratan Irak (Babilonia) ”.
Dalam tulisannya, mereka mendasarkan teori Babilonia ini dengan ditemukannya kesamaan sebagian besar nama-nama dan istilah di Babilonia lebih dekat dengan Bahasa Akkadia.
Selain itu, mereka juga melihat kesamaan beberapa kosa kata Bahasa Semit Kuno di kawasan tersebut, seperti : Dalam seluruh Bahasa Semit kata نهر (sungai) adalah نهر . Akan tetapi, teori ini tidak dapat diterima begitu saja oleh para peneliti lain, karena masih banyak kosa kata yang berbeda, seperti : Dalam Bahasa Arab kata ﺠﺒﻞ (gunung), dalam Bahasa Ibrani ﻫﺮ, dalam Bahasa Aramea ﻄﻮرﺍ , dan dalam Bahasa Akkadia شد . Sedangkan semua bahasa-bahasa tersebut adalah rumpun dari Bahasa Semit.
4. Teori Arab
Teori Arab ini dikemukakan oleh Esbiringer, dkk. Mereka mengatakan bahwa “ Jazirah Arab merupakan kawasan asal Bangsa Semit ”.
Esbiringer, dkk mengatakan hal demikian karena mereka memiliki beberapa argumen yang mendukung teorinya tersebut, diantaranya :
* Sejarah telah menyebutkan bahwa kawasan subur di antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat selalu didatangi Suku Badui dari padang pasir yang melakukan imigrasi.
* Sejarah telah menyebutkan bahwa Bangsa Akkadia adalah orang asing yang menaklukan penduduk asli yaitu Bangsa Sumery.
* Ditemukannya artefak dengan Bahasa Sumery yang isinya bahwa negara mereka selalu dalam keadaan bahaya karena sering didatangi penduduk-penduduk asing.
* Sejarah telah menunjukkan bahwa penduduk padang pasir selalu berambisi menguasai kawasan subur dan perkotaan yang lebih maju dari mereka.
* Orang Arab yang secara genetika belum tercampir bangsa lain, memiliki bentuk fisik yang sama.
SIMPULAN:
Pada pembahasan mengenai empat teori yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti, dapat disimpulkan bahwa teori yang diakui kebenarannya hingga saat ini adalah teori keempat, yaitu Teori Arab. Berdasarkan argumen-argumen pendukung yang dikemukakan oleh Esbiringer, dkk bahwa Jazirah Arab merupakan kawasan asal Bangsa Semit dan dari sanalah mereka berpencar ke berbagai kawasan sekitar yang lebih subur dan berperadaban, karena pada awalnya Bangsa Semit bertempat tinggal di daerah padang pasir yang bukan merupakan tempat yang baik untuk didiami, sehingga mereka melakukan imigrasi ke daerah lain. Argumen tersebut juga diperkuat dengan tidak adanya perbedaan antara situasi padang pasir pada zaman dulu dengan situasi padang pasir pada zaman sekarang.
Hal tersebut menyebabkan para peneliti lain belum ada yang dapat membantah atau memperdebatkan Teori Arab yang dikemukakan oleh Esbiringer, dkk tersebut.
Wallahualam Bishawaf
Created by:
tri-ronasangsenja.blogspot.com
Mei 2008
Jumat, 07 Januari 2011
Berkenalan dengan Cinta
CINTA
Cinta itu bisa disembunyikan,tapi cinta tidak bisa dibungkam.
Katakanlah selagi ada kesempatan atau kau akan kehilangan dan menyesal.
Cinta itu menerima apa adanya
Mencintai karena perubahan bukan cinta namanya, melainkan perjanjian.
Dalam cinta tidak ada perjanjian, melainkan keikhlasan.
Cinta itu penuh maaf dan rela berkorban demi yang tercinta bahagia.
Mencintai karena ingin balasan bukan cinta namanya, melainkan pamrih.
Dalam cinta tidak ada pamrih, melainkan ketulusan.
Cinta itu penuh keindahan, meskipun hanya dalam khayalan.
Jangan mencari jawaban cinta dengan logika
tapi tanyalah hati tentang perasaan cinta,
dan carilah pembenarannya melalui logika.
Jika terus memaksakan keyakinan untuk diterima,
tanya pada diri, apa itu benar cinta?
Cinta tidak bermain dengan logika,
tapi rasa untuk selalu membuat bahagia, apapun bentuknya.
Jangan salahkan perasaan cinta seseorang terhadapmu,
karena ia pun tidak pernah tahu tentang rasa cinta yang tumbuh itu.
Jangan kau benci karena cintanya padamu,
karena ia pun tersiksa karena rasa cinta itu padamu.
Jangan kau ambil kesempatan karena cintanya terhadapmu,
karena sesungguhnya kau telah berbuat dzalim karena cintanya terhadapmu.
Cinta adalah anugrah Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya,
yang penuh keindahan dan hanya bisa dirasakan.
Dengan cinta orang bisa menutupi luka
Dengan cinta orang bisa menyembuhkan luka
Dengan cinta orang masih bisa berharap
Karena cinta manusia masih mempunyai mimpi
Karena cinta manusia bisa terluka
Karena cinta manusia bisa bahagia
Cinta sejati adalah cinta yang tidak pernah mengharap untuk dibalas
Cinta sejati hanya memberi walau tanpa menerima.
Cinta sejati bisa terluka, namun tak kuasa memberikan luka.
Hanya cinta Sang Khalik yang tak pernah mengharap balasan
Hanya cinta Sang Khalik yang tak pernah pamrih
Hanya cinta Sang Khalik yang selalu setia.
Cintailah Dia, maka engkau tak akan dikecewakan.
Cintailah Dia, karena cintamu akan terbalas.
Cintailah Dia, karena Dia selalu setia.
Cintailah Dia, karena kau akan bahagia.
photos taken by dailygab.com and MyNiceSpace.com
Created by:
tri-ronasangsenja.blogspot.com
2005
Langganan:
Postingan (Atom)